Sabtu, 09 Mei 2009
Mati
MATI
Mati kalimat tersebut sangat tidak enak didengar di telinga, karena mati adalah merupakan sesuatu yang memutuskan kelezatan dari dunia. Mati adalah yang mebuat anak menjadi yatim atau piatu. Mati adalah yang membuat seorang istri menjadi janda. Tapi kematian pasti akan kita hadapai dan kita masuki, tidak ada seorang manusiapun yang selamat dari kematian itu. Baik dari golongan atas atau bawah, baik si kaya atau miskin, baik yang tua ataupun yang muda bahkan yang sehat ataupun yang sakit. Jadi mati adalah sebuah pintu yang semua kita akan memasukinya sebagaimana berkata sya'ir:
المَوْتُ بابٌ وكلُّ النّاسِ داخِلُهُ، يا لَيتَ شعريَ، بعدَ البابِ، ما الدّار
الدّارُ جَنّةُ خُلْدٍ، إنْ عَمِلتَ بما يُرْضِي الإلَهَ، وإنْ قصّرْتَ، فالنّارُ
Mati adalah pintu dan setiap manusia akan memasukinya. Wahai demi umurku, Apakah tempat setelah pintu.
Surga yang kekallah tempat tinggal, jika kau beramal dengan apa yang diridohi oleh Allah, jika engkau tidak maka nerakalah tempatnya.
Kematian pasti datangnya dan Allah swt, telah memperingati kita tentang kematian ini. Sebagaimana firman-Nya :
{كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ} (آل عمران: 85)
Tiap –tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
قال تعالى: {كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةًۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ} (الأنبياء: 35)
Tiap –tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kami lah kamu dikembalikan.
Berdasarkan ayat diatas berarti kematian pasti akan mendatangi setiap makhluk. Kehadirannya tak bisa ditolak, meski oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan. Kematian tidak dapat ditolak oleh para orang kaya dengan kekayaannya. Dan kematian juga tidak dapat ditolak dengan mendatangkan seluruh dokter di dunia ini. Rasulullah telah mengingatkan kita untuk memperbanyak mengingat kematian.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم «أكثروا ذكر هاذم اللّذات (رواه الترمذي والنسائي وصححه ابن حبان)
Dari Abi Hurairoh ra berkata : adalah rasulullah banyak menyebutkankan : " perbanyak kamulah dari mengingat yang memutuskan kelezatan (mati) (H.R. Tirmidzi , Nasahi dan mensahihkannya Ibnu Hibban)
Kalau kita mau mencermati kematian , niscaya tahu bahwa ia adalah perkara yang besar. Ia adalah piala bergilir bagi setiap orang yang berdiam di suatu tempat maupun yang suka pergi berkelana. Dengannya seorang hamba keluar dari dunia menuju surga atau neraka. Didalam al-Qur'an Allah mengulang-ulang kalimat موت baik dengan kalimat fi'il mahdi atau masa fi'il mudhorik atau fi'il amar atau masdar. Ataupun yang disandarkan kepada dhomir ada sebanyak 133 kali. Tak ada yang harus dikhawatirkan dalam kematian . Ia adalah pintu yang setiap orang pasti akan memasukinya. Tetapi yang menjadi masalah serius adalah , apa yang terjadi setelah kematian? Apakah berupa taman dan sungai yang mengalir , dalam tempat yang dijanjikan Allah ataukah berupa kesesatan dan api yang bergejolak? Maka orang-orang shalih sangat rindu ,ingin segera bertemu dengan rabb mereka. Menyiapkan bekal kematian , yang menjadi gerbang menuju negeri akhirat. Ya , mereka bahagia menyambut kematian , selagi kematian itu mendekatkan diri kepada Rabb mereka.
Demi Allah … itulah keberuntungan yang besar. Ketika dihadapkan pada Rabbul 'Alamin, mereka bangga dengan cara kematian yang mereka alami. Wajah mereka putih dan derajat mereka tinggi. Orang –orang shalih menghadapi kematian dengan jiwa yang tenang . Tujuan mereka hanya satu, mati dalam keadaan diridhoi Allah swt. Mereka itu, sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya:
{يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۴ ٱتَّقُوا۴ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَڈ تَمُوتُنَّ إِڑ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ} (آل عمران: 102)
" Wahai orang – orang beriman , bertaqwalah kepada Allah dengan sebenarnya, dan jangan sampai kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim.
Sabtu, 11 April 2009
Syekh Musthafa Husein
Syekh Musthafa Husein adalah salah seorang ulama terkemuka di Sumatera Utara yang meninggalkan karya bangunan keislaman monumental “ Madrasah” di purba baru Mandailing Tapanuli Selatan ( sekarang Madina) . Sebelum beliau belajar di Makkah atau sebelum menunaikan ibadah haji adalah bernama Muhammad Yatim, setelah selesai melaksanakan haji namanya diganti dengan Haji Musthafa , pergantian nama ini dilakukan di Mina setelah selesai wukuf di Arafah tahun 1319 H.
Syekh Musthafa Husein adalah anak ketiga dari 9 bersaudara , ayahnya bernama Haji Husein dan ibunya bernama Hajjah Halimah. Beliau dilahirkan di desa Tano Bato pada tahun 1303 H. (1886 M ). Sebelum beliau berangkat ke Makkah untuk belajaar agama Islam, terlebih dahulu belajar agama Islam kepada Syekh Abdul Hamid sekitar tiga tahun ( 1897-1900)M. Atas bimbingan tentang agama Islam dari ulama ini, Muhammad Yatim terus termotivasi untuk melanjutkan pelajatannya ke Makkah al-Mukarromah.
Haji Husein orang tua Muhammad Yatim tergolong keluarga yang taat beragama dan berusaha dalam ekonomi. Usahanya adalah pedagang hasil pertanian seperti kopi, karet, cengkeh dan beras. Usaha dagang ini tidak hanya dalam wilayah Mandailing tetapi sampai ke Medan Sumatera Utara dan Bukit Tinggi Sumatera Barat . hubungan melalui jalur perdagangan ini melahirkan wawasan yang luas pada diri dan keluarganya untuk lebih terbuka dengan dunia luar. Hal ini terbukti mereka yang bersaudara (anak haji Husein) tidak seluruhnya berdomisili di mandailing, tetapi sebagian pergi merantau di Medan seperti Muhammad Saleh dan di pekalongan Jawa Tengah adiknya bernama Harun, dan lainnya bertempat tinggal di Mandailing. Haji Husein adalah salah satu pedagang di Mandailing telah berhasil mewariskan pengalaman dan pengetahuannya kepada anak-anaknya dimana kebanyakan menjadi pengusaha dan pedagang, termasuk Syekh Musthafa Husein, walaupun beliau sebagai ulama namun usaha dagangnya tetap berlangsung. Hal yang menyangkut dengan perdagangan terlihat pada catatan harian beliau seperti pada saat Syekh Musthafa Husein berangkat ke pulau Jawa (Jakarta dan Pekalongan) bulan Januari – Februari 1950 selalu mencatat harga karet di Padang Sidimpuan , di Pematang Siantar dan di Medan. Demikian pula pada saat terjadi peristiwa perang dunia kedua harga beras / liter , kain plekat/potong, pada saat Jepang masuk ke Mandailing beliau mencatat al: satu ekor kuda f 4,500/ekor. Kerbau f 3.500/ekor, lembu ,pedati , sadoe(bendi) dan sebagainya.
Syekh Musthafa Husein selama hidupnya selalu mengadakan hubungan silaturrahmi dengan anggota keluarga baik di daerah Mandailing maupun yang tinggal perantauan dan mereka bersaudara tergolong keluarga besar. Selain mengunjungi keluarga , beliau juga selalu melakukan kontak dengan sesama ulama di Sumatera dan pulau Jawa terutama sahabat sewaktu belajar di Makkah. Perjalanan ke luar Mandailing ini selalu dicatat dalam buku hariannya . hasil pengalaman ini sebagian ditindak lanjuti dengan merumuskan konsep-konsep tentang pendidikan Islam, dan membentuk organisas Islam di Mandailing dan Sumatera Utara.
Setelah Syekh Musthafa Husein kembali di Mandailing dari Makkah tanggal 1 Muharram dan sampai di mandailing bulan Rabiul ‘Awal 1332 H. maka pada bulan Syawal 1332H beliau kawin dengan Habibah seorang gadis desa Huta Pungkut Kotanopan. Dari perkawinan ini Syekh Musthafa Husein dikaruniai anak laki-laki dua orang dan perempuan delapan orang. Syekh Musthafa Husein dalam kehidupan keluarga dan anak-anaknya diposisikan sebagai orang tua dan ulama. Beliau tetap akrab dengan anak-anaknya dan memberikan bimbingan dan pendidikan Islam.
Langganan:
Postingan (Atom)