Sabtu, 11 April 2009
Syekh Musthafa Husein
Syekh Musthafa Husein adalah salah seorang ulama terkemuka di Sumatera Utara yang meninggalkan karya bangunan keislaman monumental “ Madrasah” di purba baru Mandailing Tapanuli Selatan ( sekarang Madina) . Sebelum beliau belajar di Makkah atau sebelum menunaikan ibadah haji adalah bernama Muhammad Yatim, setelah selesai melaksanakan haji namanya diganti dengan Haji Musthafa , pergantian nama ini dilakukan di Mina setelah selesai wukuf di Arafah tahun 1319 H.
Syekh Musthafa Husein adalah anak ketiga dari 9 bersaudara , ayahnya bernama Haji Husein dan ibunya bernama Hajjah Halimah. Beliau dilahirkan di desa Tano Bato pada tahun 1303 H. (1886 M ). Sebelum beliau berangkat ke Makkah untuk belajaar agama Islam, terlebih dahulu belajar agama Islam kepada Syekh Abdul Hamid sekitar tiga tahun ( 1897-1900)M. Atas bimbingan tentang agama Islam dari ulama ini, Muhammad Yatim terus termotivasi untuk melanjutkan pelajatannya ke Makkah al-Mukarromah.
Haji Husein orang tua Muhammad Yatim tergolong keluarga yang taat beragama dan berusaha dalam ekonomi. Usahanya adalah pedagang hasil pertanian seperti kopi, karet, cengkeh dan beras. Usaha dagang ini tidak hanya dalam wilayah Mandailing tetapi sampai ke Medan Sumatera Utara dan Bukit Tinggi Sumatera Barat . hubungan melalui jalur perdagangan ini melahirkan wawasan yang luas pada diri dan keluarganya untuk lebih terbuka dengan dunia luar. Hal ini terbukti mereka yang bersaudara (anak haji Husein) tidak seluruhnya berdomisili di mandailing, tetapi sebagian pergi merantau di Medan seperti Muhammad Saleh dan di pekalongan Jawa Tengah adiknya bernama Harun, dan lainnya bertempat tinggal di Mandailing. Haji Husein adalah salah satu pedagang di Mandailing telah berhasil mewariskan pengalaman dan pengetahuannya kepada anak-anaknya dimana kebanyakan menjadi pengusaha dan pedagang, termasuk Syekh Musthafa Husein, walaupun beliau sebagai ulama namun usaha dagangnya tetap berlangsung. Hal yang menyangkut dengan perdagangan terlihat pada catatan harian beliau seperti pada saat Syekh Musthafa Husein berangkat ke pulau Jawa (Jakarta dan Pekalongan) bulan Januari – Februari 1950 selalu mencatat harga karet di Padang Sidimpuan , di Pematang Siantar dan di Medan. Demikian pula pada saat terjadi peristiwa perang dunia kedua harga beras / liter , kain plekat/potong, pada saat Jepang masuk ke Mandailing beliau mencatat al: satu ekor kuda f 4,500/ekor. Kerbau f 3.500/ekor, lembu ,pedati , sadoe(bendi) dan sebagainya.
Syekh Musthafa Husein selama hidupnya selalu mengadakan hubungan silaturrahmi dengan anggota keluarga baik di daerah Mandailing maupun yang tinggal perantauan dan mereka bersaudara tergolong keluarga besar. Selain mengunjungi keluarga , beliau juga selalu melakukan kontak dengan sesama ulama di Sumatera dan pulau Jawa terutama sahabat sewaktu belajar di Makkah. Perjalanan ke luar Mandailing ini selalu dicatat dalam buku hariannya . hasil pengalaman ini sebagian ditindak lanjuti dengan merumuskan konsep-konsep tentang pendidikan Islam, dan membentuk organisas Islam di Mandailing dan Sumatera Utara.
Setelah Syekh Musthafa Husein kembali di Mandailing dari Makkah tanggal 1 Muharram dan sampai di mandailing bulan Rabiul ‘Awal 1332 H. maka pada bulan Syawal 1332H beliau kawin dengan Habibah seorang gadis desa Huta Pungkut Kotanopan. Dari perkawinan ini Syekh Musthafa Husein dikaruniai anak laki-laki dua orang dan perempuan delapan orang. Syekh Musthafa Husein dalam kehidupan keluarga dan anak-anaknya diposisikan sebagai orang tua dan ulama. Beliau tetap akrab dengan anak-anaknya dan memberikan bimbingan dan pendidikan Islam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
BalasHapusalhamdulillah........trima kasih banyak....q jdi bisa slalu liat poto sehk....guru dari guru ku,brarti guru q jga.....karna mmandang wajah ulama itu brpahala......dan minta izin mengcopy poto ini.trima kasihالسلام عليكم ورحمة الله وبركاته